Senin, April 28, 2025
BerandaNewsEdy Rahmayadi Sebut GP Ansor "Pelacur": Ucapan yang Tak Pantas dari Seorang...

Edy Rahmayadi Sebut GP Ansor “Pelacur”: Ucapan yang Tak Pantas dari Seorang Pemimpin

Jurnalsumut.id – Edy Rahmayadi pernah sebut kembali menciptakan kehebohan dengan ucapannya yang menyebut GP Ansor sebagai ‘pelacur’ ketika menerima Audiensi Panitia Konferwil ke XVII GP Ansor Sumut yang dipimpin oleh Ketua Panitia Pelaksanaan Konferwil Parulian Siregar, Jum’at (22/11/20) lalu.

Pernyataan itu tidak hanya memicu kemarahan banyak pihak, tetapi juga menjadi bukti lain dari gaya komunikasi yang sering kali tidak terkendali dan jauh dari etika seorang pejabat publik.

Sebagai seorang gubernur, Edy seharusnya paham bahwa setiap kata yang keluar dari mulutnya membawa beban moral dan politik. Sebutan “pelacur” untuk sebuah organisasi yang telah berkontribusi besar dalam menjaga persatuan bangsa bukan hanya penghinaan, tetapi juga tindakan yang tidak bertanggung jawab.

Jika ada kritik terhadap GP Ansor, ada cara yang lebih beradab untuk menyampaikannya, tanpa harus menggunakan istilah yang merendahkan.

Ini bukan pertama kalinya Edy Rahmayadi tersandung masalah karena ucapannya. Gaya bicaranya yang sering kali meledak-ledak dan kasar kerap menjadi sorotan. Sebagai seorang mantan jenderal dan kepala daerah, ia seharusnya bisa menunjukkan kedewasaan dalam menyampaikan pendapat. Tetapi, yang sering terlihat adalah sikap emosional yang cenderung meremehkan pihak lain.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah dampak dari ucapan ini. Pernyataan seperti itu tidak hanya melukai GP Ansor, tetapi juga bisa memperkeruh hubungan antar kelompok masyarakat. Di tengah situasi sosial-politik yang sudah sensitif, pemimpin seperti Edy seharusnya menjadi perekat, bukan provokator.

Edy perlu diingatkan: jadi gubernur itu bukan cuma soal pangkat. Kalau dia nggak bisa menghormati orang lain, dia nggak pantas dihormati. Kalau mulutnya terus-terusan jadi sumber masalah, mungkin dia lebih baik mundur saja. Negara ini butuh pemimpin yang bisa berpikir sebelum bicara, bukan yang asal nyerocos dan bikin gaduh.

Edy perlu diingatkan: jadi gubernur itu bukan cuma soal pangkat. Kalau dia nggak bisa menghormati orang lain, dia nggak pantas dihormati. Kalau mulutnya terus-terusan jadi sumber masalah, mungkin dia lebih baik mundur saja. Negara ini butuh pemimpin yang bisa berpikir sebelum bicara, bukan yang asal nyerocos dan bikin gaduh.

Jadi, Edy, sebelum kamu sebut orang lain “pelacur”, coba lihat dulu dirimu sendiri. Apa ucapanmu sudah mencerminkan pemimpin? Atau kamu cuma seorang gubernur yang tak paham mulutnya sendiri? Bangsa ini sudah cukup sibuk dengan masalah, jangan tambah beban dengan omongan bodohmu.

Lebih dari itu, publik perlu mengevaluasi sejauh mana Edy Rahmayadi layak dipercaya untuk mengemban amanah rakyat. Seorang pemimpin tidak hanya dinilai dari kebijakan yang dibuat, tetapi juga dari cara ia menjaga martabatnya di hadapan publik. Dan dalam hal ini, Edy jelas perlu belajar lebih banyak tentang bagaimana berbicara dengan bijak dan bertanggung jawab.

Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang cerdas, beretika, dan mampu menyatukan. Kalau Edy Rahmayadi terus-menerus melontarkan ucapan yang kontroversial tanpa mempertimbangkan dampaknya, ia hanya akan menjadi contoh buruk dari seorang pejabat publik yang gagal menjalankan tugasnya.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments