Jurnalsumut.id – Medan, 9 Desember 2024 – Rasanya tak habis pikir, ada saja perilaku anggota PDI-P yang kini menjabat sebagai Ketua DPRD Kota Medan yang seakan-akan memaksa kita untuk terheran-heran.
Bayangkan saja, seorang pejabat tinggi menjadi backingan seorang pemilik usaha café ilegal, yakni Ray Cafe
Sebelumnya diperoleh informasi bahwa berdasarkan surat (Pemberitahuan) Pembongkaran dengan Nomor: 600.1.15.2/9487 pada hari Jum’at (6/12/2024), akan melakukan penertiban Ray Cafe.
Namun Ketua DPRD Kota Medan Whong Chun Sen Fraksi PDI-P pasang badan agar tidak terjadi penertiban di wilayah itu.
Nah, dugaan kuat mengatakan ada indikasi bahwa Ray Cafe mendapat dukungan langsung dari Ketua DPRD Kota Medan, yang notabene merupakan anggota Fraksi PDI-P. terkait masalah mal administrasi yang berstatus ilegal.
Tentu saja, ini bukan masalah kecil, ini soal integritas dan kredibilitas pejabat publik yang dipertaruhkan!
Apalagi, kita tak bisa melupakan momen di mana Edy Rahmayadi, saat menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara, ikut membuka grand opening Ray Cafe—sebuah simbol kekuatan politik yang kini merembet ke dalam tindakan yang jauh dari transparansi.
Mal Administrasi atau Permainan Hukum?
Berbicara soal “mal administrasi”, masalah yang menimpa Ray Cafe bukanlah hal sepele. Persoalan ini bermula dari klaim bahwa restoran tersebut beroperasi tanpa izin yang sah, yang dalam dunia hukum bisa berarti statusnya sebagai usaha ilegal.
Padahal, jelas, sebuah usaha restoran harus memenuhi sejumlah persyaratan administratif, seperti izin lokasi, izin operasional, dan sebagainya. Jika semuanya tak dipenuhi, maka statusnya bisa dianggap ilegal, yang tentunya bisa berujung pada tindakan penutupan atau sanksi lainnya.
Namun, di sinilah yang menarik. Ketika masalah ini mulai mencuat ke permukaan, Whong Chun Sen tampil sebagai pihak yang memberi dukungan penuh pada H. Fadh Elfous A. Rafiq. Bahkan, menurut berbagai laporan, Whong dengan terang-terangan menantang pihak berwenang yang mencoba menyelidiki dan menindaklanjuti masalah administrasi ini.
Dukungan atau ‘Back Up’ yang Mencurigakan?
Bagi sebagian pihak, pernyataan Whong yang tegas dan keras ini tidak lebih dari sekadar upaya untuk “menutup mata” terhadap masalah yang ada, dengan alasan politik atau kepentingan tertentu.
Ray Cafe, meski tergolong usaha besar, tidak luput dari kecurigaan soal aliran dana dan jaringan bisnis yang melibatkan nama-nama besar dalam lingkup lokal.
Sehingga, langkah Whong yang memberi backing langsung bisa jadi sebuah sinyal bahwa ada lebih banyak hal yang tengah dimainkan di balik layar—entah itu soal keuntungan politik, atau sekadar menutupi ketidakberesan yang seharusnya diperbaiki.